SDG 4: Pendidikan Berkualitas

Di tengah tantangan global seperti perubahan iklim, ketimpangan ekonomi, dan kebutuhan akan inovasi berkelanjutan, kemampuan kewirausahaan tidak lagi cukup bila hanya berfokus pada keuntungan semata. Dunia membutuhkan generasi muda yang tidak hanya kreatif dan berani mengambil peluang, tetapi juga memiliki kesadaran lingkungan dan kepedulian sosial yang kuat. Inilah yang dikenal sebagai sustainable entrepreneurshipâkewirausahaan yang memadukan nilai ekonomi, sosial, dan ekologis untuk menciptakan dampak positif jangka panjang. Menanamkan nilai ini sejak usia dini merupakan langkah strategis dalam mendukung berbagai target Sustainable Development Goals (SDGs), terutama SDGs 4 (Pendidikan Berkualitas), SDGs 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), SDGs 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), dan SDGs 13 (Penanganan Perubahan Iklim).

Menanamkan jiwa kewirausahaan sejak usia sekolah dasar menjadi salah satu langkah penting dalam membentuk generasi yang kreatif, mandiri, dan mampu memecahkan masalah. Melalui pembelajaran yang kontekstual dan berbasis praktik, anak-anak dapat memahami konsep wirausaha secara lebih nyata dan menyenangkan. Prinsip inilah yang diusung dalam Program Pengabdian kepada Masyarakat di SD Negeri Giritirto, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunungkidul, sebagai bagian dari upaya mendukung SDG 4: Pendidikan Berkualitas.
Kewirausahaan didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi peluang, mengelola risiko, dan menciptakan solusi bisnis yang inovatif. Dalam konteks pembangunan nasional yang berkelanjutan, menumbuhkan jiwa wirausaha sejak usia dini bukan lagi sekadar inisiatif pendidikan, melainkan sebuah fondasi krusial dan investasi strategis. Penanaman nilai ini sejak awal mempersiapkan generasi muda untuk menjadi penggerak perubahan yang mandiri dan produktif, yang pada gilirannya akan mendorong penciptaan lapangan kerja dan meningkatkan daya saing ekonomi. Upaya ini sejalan dengan SDGs 4 (Pendidikan Berkualitas) yang menekankan pentingnya pembelajaran inklusif dan keterampilan hidup sejak dini.

Penanaman jiwa kewirausahaan merupakan pondasi penting bagi pembangunan karakter generasi muda agar memiliki kemandirian, kreativitas, dan daya juang dalam menghadapi tantangan masa depan. Oleh karena itu pengembangan karakter kewirausahaan harus dimulai sejak dini, untuk mendukung hal tersebut kegiatan program pengabdian masyarakat dilakukan dengan mengusung tema âKewirausahaan Kreatif: Menumbuhkan Insting Bisnis Kreatif Sedari Dini di SD Giritirtoâ. Program ini dipilih untuk mengatasi tantangan yang berada di lokasi mitra yaitu minimnya pengetahuan siswa mengenai kewirausahaan dan kewirausahaan kreatif.
Oleh :
Dr. Agusta Ika Prihanti Nugraheni , S.E. , M.B.A ,
Elton Buyung Satrianto , S.E. , M.B.A , Satriyo Dwicahyo , S.E. , M.Sc. ,
Fani Pramuditya , S.E. , M.B.A. ,
Saiqa Ilham Akbar BS. , S.E. , M.Sc. ,
Dr. Johannes Soeprihanto , M.I.M.
Oleh : Dr. Agusta Ika Prihanti Nugraheni , S.E. , M.B.A , Elton Buyung Satrianto , S.E. , M.B.A , Satriyo Dwicahyo , S.E. , M.Sc. , Fani Pramuditya , S.E. , M.B.A. , Saiqa Ilham Akbar BS. , S.E. , M.Sc. , Dr. Johannes Soeprihanto , M.I.M.
Metode evaluasi pembelajaran untuk peserta didik sekolah dasar di daerah yang kondisi ekonomi sosial dan infrastruktur belum mendukung secara optimum, maka perlu mengembangkan peraga Pendidikan yang lebih sesuai yaitu dengan mempertimbangkan banyak factor secara comprehensive. Kondisi infrastruktur internet yang masih relative terbatas khususnya untuk mendukung proses belajar secara lebih efektiv.  Jumlah peserta didik yang relative sedikit yaitu 10 siswa menunjukan bahwa sekolah belum menjadi daya tarik yang besar atau kuat bagi sebagian besar  orang tua  di wilayah sekitar sekolah berada menyekolahkan anaknya bersekolah di sekolah dasar Giritirto, hal ini bisa menyebabkan daya saing untuk bersaing dalam berprestasi kurang kuat karena peserta didik kemungkinan berasal dari siswa yang motivasi belajar biasa dan rendah atau tidak terlalu kuat. Rendahnya motivasi pada gilirannya akan menurunkan kepercayaan diri peserta didik sehingga keinginan untuk bersaing dalam hal menunjukan kinerja siswa, guru dan sekolah sehingga dapat meningkatkan kinerja sekolah pada rating yang lebih tinggi.
YOGYAKARTA â Departemen Ekonomika dan Bisnis, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, melaksanakan program pengabdian masyarakat bertajuk âPenerapan Game-Based Learning melalui Board Game Edukatif Petualangan Uangku sebagai Media Literasi Keuanganâ. Kegiatan ini dipimpin oleh Fani Pramuditya, S.E., M.B.A., dengan dukungan mahasiswa Program Studi Perbankan, Andri Akila Prasetya dan Syaila Fania Puspa Hatmoko. Program ini merupakan bagian dari upaya SV UGM untuk memperkuat tingkat literasi keuangan di komunitas pendidikan dasar melalui pembelajaran inovatif berbasis permainan.
Di tengah meningkatnya kebutuhan literasi keuangan sejak usia dini, dua mahasiswa Sekolah Vokasi UGM Andri Akila Prasetya dan Widyaningsih Nurcahyani Putri dalam tim pengabdian masyarakat yang dipimpin oleh Fani Pramuditya S.E., MBA., mengembangkan sebuah media pembelajaran kreatif bernama Petualangan Uangku. Produk ini lahir dari keprihatinan terhadap rendahnya pemahaman anak-anak sekolah dasar mengenai cara membedakan kebutuhan dan keinginan, serta pentingnya menabung. Melalui observasi di SD Negeri Giritirto, Purwosari, Gunungkidul, siswa di sekolah tersebut belum terbiasa mengelola uang saku mereka, sebagian besar menghabiskannya untuk membeli jajanan (keinginan) tanpa mempertimbangkan prioritas (kebutuhan).



