Agenda Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2030, telah diadopsi oleh negara-negara PBB sejak tahun 2015 yang memberikan cetak biru bersama untuk perdamaian dan kemakmuran bagi manusia dan bumi, sekarang dan di masa depan. SDGs memiliki 17 (tujuh belas) hal penting yang dianggap merupakan seruan mendesak untuk bertindak oleh semua negara maju dan berkembang. Dikarenakan penghapusan kemiskinan sebagai tujuan pertama dari Agenda SDGs yang merupakan tujuan penting dan yang paling utama, maka pemerintah Indonesia merancang berbagai kebijakan dan program kerja prioritas untuk menunjukkan keseriusan dalam mewujudkannya, meski tidak dapat dipungkiri tujuan lain merupakan hal yang tidak bisa diabaikan. Keseriusan pemerintah ditunjukkan dengan adanya target penghapusan kemiskinan ekstrem di akhir tahun 2024 adalah 0%, yang diikuti dengan menyusun blue print kebijakan, program kerja, penyediaan dana, sinergi antar lembaga baik pusat, daerah, sektor swasta dan juga sektor publik non pemerintah yang dituangkan dalam Instruksi Presiden No 4 tahun 2022 tentang Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem.
SDG 1: Tanpa Kemiskinan
Kulon Progo, 7 Agustus 2024 dosen dan mahasiswa D-IV Akuntansi Sektor Publik (ASP) Sekolah Vokasi UGM menyelenggarakan pelatihan pengolahan menu makanan sehat dengan budget minimum sebagai mitigasi stunting. Pelatihan ini dilaksanakan dalam rangkaian Program Pengabdian kepada Masyarakat 2024 dari Program Studi D4 Akuntansi Sektor Publik, Departemen Ekonomika dan Bisnis, Sekolah Vokasi UGM sebagai bentuk kepedulian terhadap pengembangan masyarakat di Kelurahan Kaliagung Sentolo Kulon Progo. Pelatihan ini bertujuan untuk membantu ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Kaliagung menghadapi masalah dalam melakukan pencegahan stunting karena keterbatasan budget untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pelatihan dilakukan dengan memberi edukasi kepada ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Kaliagung bagaimana cara mencegah stunting dengan pemberian makanan sehat meskipun dengan budget minimum.
SDGs adalah serangkaian 17 tujuan yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mencapai pembangunan berkelanjutan di tingkat global. Salah satu tujuan dari SDGs yaitu tujuan uang pertama yaitu tidak ada kemiskinan (No Poverty). Tujuan dari SDGs pertama yaitu untuk mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk di manapun. Kemiskinan dipandang sebagai suatu situasi dimana seseorang tidak dapat/mampu memenuhi kebutuhan dasar minimum yang diperlukan untuk hidup layak dan bermartabat. Tidak mudah menentukan atau mendefinisikan kemiskinan karena kemiskinan sendiri bersifat multi dimensi. Oleh karena itu, pemerintah (BPS dan beberapa pihak dalam beberapa seminar dan pertemuan) menyepakati mengukur kemiskinan dari sudut ekonomi dengan pendekatan uang (monetary approach). Salah satu indikator yang ditetapkan untuk dapat mencapai tujuan tersebut adalah tingkat kemiskinan ekstrem. Kemiskinan Ekstrem adalah kondisi ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar, yaitu makanan, air bersih, sanitasi layak, kesehatan, tempat tinggal, pendidikan dan akses informasi terhadap pendapatan dan layanan sosial. Seseorang dikategorikan miskin ekstrem jika pengeluarannya di bawah Rp. 10.739/orang/hari atau Rp. 322.170/orang/bulan (BPS,2021).
Indonesia terus melakukan langkah-langkah strategis untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), terutama dalam pengentasan kemiskinan dan menjamin ketahanan pangan. Kedaulatan pangan, yang didefinisikan sebagai hak suatu negara untuk menentukan kebijakan pangan secara mandiri dan menjamin hak rakyat atas pangan, menjadi fokus penting. Konsep ini relevan bagi Indonesia, yang masih menghadapi tantangan ketahanan pangan di berbagai wilayah.
Yogyakarta Sabtu, 31 Agustus 2024 – UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) merupakan tulang punggung ekonomi desa dan daerah. Mayoritas pelaku UMKM adalah usaha mikro dengan omzet kurang dari Rp300 juta per tahun dan menyerap tenaga kerja satu hingga empat orang. Masalahnya, usaha mikro di Kalurahan Sendangsari masih menghadapi keterbatasan modal, pasar yang hanya berorientasi satu kelurahan/kecamatan, kualitas dan kuantitas produk yang masih rendah, tenaga kerja yang diserap terbatas dan masih berasal dari keluarga, masih menggunakan teknologi sederhana, dan belum aktif menggunakan sosial media sebagai sarana pemasaran.
Kulon Progo, 31 Agustus 2024 – Program Studi Pembangunan Ekonomi Kewilayahan (PEK), Departemen Ekonomika dan Bisnis, Sekolah Vokasi UGM kembali menunjukkan komitmennya dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan ini merupakan satu rangkaian kegiatan bersama dengan empat judul kegiatan pengabdian lain dalam satu prodi. Namun demikian, pelatihan ini mengangkat judul “Pengembangan produk UMKM di Kalurahan Sendangsari, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo”. Kegiatan yang berlangsung pada tanggal 31 Agustus 2024 ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produk UMKM lokal, sehingga mampu bersaing di pasar yang semakin kompetitif.