(Kota pesisir Labuan Bajo – 30 s.d 31 Juli 2025) kembali menjadi tuan rumah sebuah forum akademik internasional, International Conference on Sustainable Economics, Management, and Accounting (ICSEMA) 2025. Konferensi ini mengangkat tema “Circular Economy and SMEs: Strengthening Rural Sustainability through Innovation and Collaboration”, sebuah topik yang sangat relevan dengan tantangan pembangunan berkelanjutan di Indonesia dan negara berkembang lainnya.
Kegiatan yang berlangsung sehari penuh ini diselenggarakan oleh Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) bekerja sama dengan Universitas Nusa Cendana (Undana). Konferensi menghadirkan para akademisi, peneliti, dan praktisi dari berbagai negara seperti Jepang, Inggris, Malaysia, dan Indonesia, yang memiliki kepedulian dan fokus terhadap penguatan ekonomi lokal melalui inovasi berkelanjutan.
Pembicara Terkemuka Hadir dari Empat Negara
Sejumlah pembicara internasional membuka wawasan peserta konferensi dengan beragam perspektif ilmiah dan praktis. Seminar ini menghadirkan para pembicara dari berbagai negara, (1) Prof. Kuroki Shoko dari Teiko University Jepang, (2) Fitra Roman Cahya, PH.D dari University of Essex Inggris, (3) Dr. Sekinah Moh Shukri dari Management and Science University Malaysia, (4) Prof. Dr. Ahmad Azmy dari Universitas Paramadina Indonesia, dan (5) Kiky Srirejeki, PH.D.

Apresiasi untuk Penelitian Unggulan: Best Paper Award
Salah satu momen penting dalam ICSEMA 2025 adalah pemberian Best Paper Award kepada dua dosen dari Program Studi Pembangunan Ekonomi Kewilayahan. Laksmi Yustika Devi, S.P., M.Si., Ph.D. dan Yuni Andari, S.E., M.Si. berhasil menarik perhatian dewan juri dengan karya ilmiahnya yang berjudul “The Growth of Agricultural Sector and Poverty Reduction in Indonesia”.
Labuan Bajo sebagai Simbol Transformasi Wilayah
Dipilihnya Labuan Bajo sebagai lokasi konferensi bukan tanpa alasan. Kota yang dulunya dikenal sebagai desa nelayan kecil ini, kini telah menjelma menjadi salah satu destinasi pariwisata super prioritas nasional. Transformasi ini menjadi contoh konkret bagaimana pengelolaan sumber daya lokal yang bijak, ditopang oleh inovasi dan kolaborasi, dapat mengangkat derajat ekonomi masyarakat secara luas.
Dengan pesona alamnya yang menawan, Labuan Bajo menghadirkan suasana reflektif yang mendalam bagi para peserta konferensi. Di tengah pembahasan akademik dan diskusi kebijakan, para peserta juga diajak untuk melihat langsung potensi dan tantangan pembangunan di wilayah timur Indonesia. Beberapa peserta bahkan mengikuti kunjungan lapangan ke desa-desa sekitar untuk berdialog dengan pelaku UMKM lokal dan kelompok tani.
Peran Ekonomi Sirkular dan UMKM dalam Mencapai SDGs
Tema besar ICSEMA 2025 “Circular Economy and SMEs: Strengthening Rural Sustainability through Innovation and Collaboration” memiliki kedalaman makna yang luas dalam konteks pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya di Indonesia. Ekonomi sirkular adalah pendekatan yang bertujuan untuk mengurangi limbah, memaksimalkan penggunaan kembali sumber daya, dan memperpanjang siklus hidup produk. Ketika prinsip ini diterapkan oleh UMKM yang tersebar di wilayah pedesaan, maka potensi dampaknya terhadap kesejahteraan lokal sangat besar.
Pertama, ekonomi sirkular berkontribusi langsung terhadap SDG 12 (Responsible Consumption and Production) dengan mendorong praktik produksi yang efisien dan minim limbah. Kedua, keberdayaan UMKM dalam ekonomi lokal mendukung pencapaian SDG 8 (Decent Work and Economic Growth) karena membuka lapangan kerja di daerah terpencil, sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat.
Lebih jauh lagi, inovasi dalam praktik bisnis berkelanjutan yang dikembangkan melalui kolaborasi lintas sektor — seperti yang ditunjukkan dalam ICSEMA 2025 — dapat mempercepat pencapaian SDG 1 (No Poverty), SDG 2 (Zero Hunger), dan SDG 11 (Sustainable Cities and Communities). Terlebih di Indonesia, di mana lebih dari separuh populasi tinggal di kawasan non-perkotaan, pendekatan pembangunan desa berbasis ekonomi sirkular adalah jalan yang strategis dan mendesak untuk diambil.
Menatap Masa Depan: Kolaborasi Berkelanjutan
ICSEMA 2025 bukan hanya ruang tukar pikiran dan hasil penelitian, tetapi juga menjadi titik temu bagi sinergi jangka panjang antar lembaga. Sejumlah inisiatif kolaboratif telah dibicarakan antara universitas penyelenggara dan institusi mitra dari luar negeri. Para peserta berharap konferensi ini tidak berhenti sebagai agenda tahunan, tetapi menjadi penggerak ekosistem pengetahuan yang berkelanjutan dan aplikatif bagi masyarakat luas.
Dengan berakhirnya kegiatan ini, ICSEMA 2025 di Labuan Bajo telah meninggalkan jejak penting: bahwa transformasi menuju pembangunan berkelanjutan bukan hanya dimulai dari pusat-pusat kekuasaan, tetapi juga dapat digerakkan dari desa, dari UMKM, dan dari tangan-tangan masyarakat yang bersinergi dengan ilmu pengetahuan. [Red. Mukhlis]