Oleh: Anisa Nurpita, Bagasakara, Fatima Putri Prativi, Miftah Pandu Saputra, dan Wieyza Ananda Luqman
Yogyakarta, 23 Oktober 2025 — Sebagai pasar tertua dan paling ikonik di Kota Yogyakarta, Pasar Beringharjo tidak hanya berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi rakyat, tetapi juga menjadi simbol keseimbangan antara warisan budaya dan modernisasi. Namun di balik aktivitas perdagangan yang ramai, terdapat tantangan besar dalam menjaga kualitas pengelolaan fasilitas publik agar tetap inklusif, ramah lingkungan, dan selaras dengan prinsip Sustainable Development Goals (SDGs).
Kinerja Pengelolaan Fasilitas: Antara Sejarah dan Tantangan Modernisasi
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh tim peneliti lokal pada pertengahan 2025, ditemukan bahwa kinerja pengelolaan fasilitas publik di Pasar Beringharjo masih menghadapi sejumlah kendala mendasar. Beberapa fasilitas seperti toilet umum, sistem drainase, area parkir, dan ventilasi udara dinilai belum optimal dalam mendukung kenyamanan dan kesehatan pedagang maupun pengunjung. “Sanitasi masih menjadi masalah utama, terutama saat musim hujan di mana air sering menggenang di area dalam pasar,” ungkap Siti Nuraini, salah satu pedagang batik yang telah berjualan lebih dari 20 tahun. Selain itu, fasilitas akses bagi penyandang disabilitas masih terbatas. Jalur kursi roda dan rambu petunjuk berbasis visual belum tersedia secara menyeluruh, sehingga menghambat prinsip inklusivitas dan akses universal yang diamanatkan oleh SDG 10 (Mengurangi Ketimpangan) dan SDG 11 (Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan).

Â
Penilaian dan Keterkaitan dengan SDGs
Penilaian kinerja pengelolaan fasilitas publik di Pasar Beringharjo menggunakan beberapa indikator utama, antara lain: kualitas infrastruktur fisik, efektivitas layanan publik, partisipasi masyarakat, dan dampak lingkungan. Hasil evaluasi menunjukkan aspek terbaik terletak pada pengelolaan keamanan dan tata kelola pedagang, namun aspek terlemah masih di sanitasi dan manajemen limbah padat. Temuan ini menegaskan pentingnya dukungan kebijakan dan investasi berkelanjutan dalam sektor pasar tradisional, yang berkontribusi langsung terhadap pencapaian beberapa tujuan SDGs, antara lain:
- SDG 8 – Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi: melalui pemberdayaan ribuan pedagang kecil.
- SDG 11 – Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan: dengan peningkatan tata kelola pasar dan infrastruktur publik.
- SDG 12 – Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab: lewat pengelolaan sampah dan penggunaan energi yang lebih efisien.
Langkah Pemerintah dan Arah Revitalisasi Berkelanjutan
Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Perdagangan telah menyiapkan program revitalisasi fasilitas publik Pasar Beringharjo sebagai bagian dari agenda Green and Inclusive Market Initiative. Program ini mencakup:
- Perbaikan sistem sanitasi dan drainase agar lebih tahan terhadap genangan
- Pemasangan panel surya di atap pasar sebagai sumber energi
- Penyediaan fasilitas ramah disabilitas, seperti ramp, pegangan tangga, dan papan informasi inklusif.
- Digitalisasi manajemen pasar, termasuk pendataan pedagang dan sistem pembayaran
Menuju Pasar Berkelanjutan dan Berdaya Saing
Pasar Beringharjo menjadi contoh nyata bahwa pasar tradisional tidak hanya sekadar tempat jual beli, tetapi juga ruang sosial dan budaya yang mampu mendukung agenda pembangunan global. Dengan pengelolaan fasilitas publik yang terukur dan berkelanjutan, pasar ini dapat bertransformasi menjadi model pasar rakyat modern yang sejalan dengan prinsip ekonomi hijau dan kota inklusif. Upaya ini diharapkan dapat mendorong sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dalam mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di tingkat lokal — menjadikan Beringharjo bukan sekadar ikon wisata belanja, tetapi ikon pembangunan berkelanjutan di jantung Kota Yogyakarta. [Red. Anisa]


Â
