
Yogyakarta, 21 Oktober 2025 ā Dalam upaya mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 1, yakni No Poverty atau āTanpa Kemiskinanā, berbagai strategi telah ditempuh oleh pemerintah dan masyarakat. Salah satunya adalah dengan memperkuat praktik filantropi sebagai bentuk solidaritas sosial dan dukungan ekonomi bagi masyarakat kurang mampu. Namun, hasil penelitian Andari, et al (2025) menunjukkan bahwa filantropi di Indonesia belum mampu memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Penelitian tersebut mengungkap bahwa kontribusi kegiatan filantropi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) masih sangat kecil, yakni rata-rata hanya sekitar 0,037% untuk seluruh provinsi selama periode 2021-2023. Angka ini menunjukkan bahwa aktivitas sosial dan keagamaan seperti zakat, infaq maupun sedekah belum berperan optimal dalam meningkatkan kapasitas ekonomi daerah.
Filantropi Belum Menjadi Pendorong Utama Pertumbuhan Ekonomi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa filantropi tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, baik secara langsung maupun melalui interaksinya dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang diproksi dengan menggunakan data IPM. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa Kualitas SDM belum menjadi faktor penguat yang dapat memperkuat dampak filantropi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Provinsi dengan kualitas SDM tinggi sekalipun tidak menunjukkan hasil yang berbeda dibandingkan provinsi dengan kualitas SDM rendah dalam hal pengaruh filantropi terhadap pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini memperlihatkan bahwa kegiatan sosial masih lebih banyak bersifat bantuan jangka pendek daripada menjadi penggerak kegiatan ekonomi produktif.
Peran Penting Investasi dan Kualitas SDM dalam Pembangunan Daerah
Di tengah berbagai program sosial dan bantuan yang dijalankan, pertumbuhan ekonomi daerah masih lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor struktural seperti investasi, perdagangan, dan belanja pemerintah, bukan oleh aliran dana filantropi. Penelitian menegaskan bahwa investasi dan kualitas SDM merupakan motor penggerak utama dalam pertumbuhan ekonomi daerah. Provinsi dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di atas rata-rata nasional terbukti memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat berkat dukungan belanja pemerintah dan investasi produktif. Sementara itu, provinsi dengan IPM di bawah rata-rata nasional menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih banyak bergantung pada aktivitas perdagangan dan arus investasi swasta. Kedua pola ini memperlihatkan bahwa investasi tetap menjadi kunci utama peningkatan ekonomi dan penurunan angka kemiskinan. Kondisi tersebut sekaligus menjadi pengingat bahwa tanpa dukungan investasi dan peningkatan kualitas SDM, filantropi akan sulit memberikan dampak ekonomi yang berkelanjutan.
Ketimpangan Pendapatan dan Efek Filantropi terhadap Konsumsi
Sementara itu pengaruh filantropi dan ketimpangan pendapatan terhadap konsumsi per kapita rumah tangga juga tidak signifikan, walaupun interaksi keduanya menunjukkan koefisien positif dan signifikan yang artinya bahwa terdapat perbedaan pengaruh filantropi terhadap konsumsi untuk provinsi yang memiliki ketimpangan tinggi dan rendah, dimana pengaruhnya adalah positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi ketimpangan suatu wilayah, maka semakin tinggi pengaruh filantropi terhadap konsumsi, dan sebaliknya semakin tidak timpang pendapatan di wilayah itu maka semakin kecil pengaruh filantropi terhadap konsumsi.Ā Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan per kapita merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi konsumsi rumah tangga. [Red. Yuni]