Kalurahan Sendangsari memiliki potensi ekonomi desa yang besar dengan sekitar 210 jenis UMKM tersebar di berbagai padukuhan. Berdasarkan publikasi data desa tahun 2024, sebanyak 51,33% penduduknya adalah perempuan, dan 1,29% bekerja sebagai pedagang yang terdiri dari 0,33% pedagang laki-laki dan 0,96% pedagang perempuan. Mayoritas penduduk berusia produktif hingga lanjut (31 tahun ke atas) dengan proporsi sebesar 63,11%, yang menunjukkan dominasi tenaga kerja dewasa aktif. BUMDes Binangun Sendang Artha, yang telah didirikan sejak 2017, berperan penting dalam mendorong ekonomi desa. Pada tahun anggaran 2024, kontribusi hasil usaha desa mencapai Rp131.010.000 dari total pendapatan desa sebesar Rp3,31 miliar, menandakan peran ekonomi BUMDes mulai signifikan namun masih perlu diperkuat melalui pemberdayaan pelaku UMKM.
Salah satu masalah yang dihadapi oleh UMKM binaan BUMDes Binangun Sendang Artha adalah lemahnya kemampuan personal dan strategis, yang tercermin dari kurangnya softskill (komunikasi, kepemimpinan, manajemen waktu) dan belum adanya profil usaha yang terstruktur. Akibatnya, pelaku UMKM kesulitan mengakses pembiayaan, menarik mitra, dan menyusun strategi pengembangan yang berbasis data. Oleh karena itu, program pelatihan softskill dan profiling bisnis yang dilakukan dirancang untuk meningkatkan kapasitas bisnis para pelaku UMKM secara berkelanjutan.
Program pengabdian oleh Departemen Ekonomika dan Bisnis SV UGM melibatkan pelaku UMKM (92% perempuan) dengan dominasi usaha kuliner. Kegiatan ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan yang melibatkan partisipasi aktif mitra. Diawali dengan tahap persiapan, yang mencakup koordinasi dengan pihak Kalurahan Sendangsari dan penyusunan materi yang disesuaikan dengan kebutuhan UMKM. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan pelatihan, di mana tim Pengabdian Kepada Masyarakat SV UGM sebagai narasumber mengajak peserta untuk mempraktikkan langsung materi yang diberikan, seperti teknik komunikasi dan pembuatan profil usaha. Sebagai penutup, dilakukan pendampingan dan evaluasi intensif melalui sesi konsultasi untuk memastikan pengetahuan dapat diterapkan dengan baik, sekaligus mengukur pencapaian target dan keberlanjutan program.
Pelatihan ini diikuti oleh 25 pelaku UMKM binaan BUMDes Binangun Sendang Artha Kalurahan Sendangsari. Untuk memahami kondisi dan kebutuhan para pelaku UMKM, dilakukan analisis profil UMKM yang akan digunakan sebagai landasan penting untuk memahami tantangan yang mereka hadapi dalam mengelola bisnis.
Tabel 1. Profil Demografi dan Usaha Responden
| Kategori | Hasil Temuan |
| Jumlah Responden | 25 orang |
| Jenis Kelamin | 23 perempuan
2 laki-laki |
| Rentang usia | 30 – 55 tahun |
| Pendidikan terakhir | Beragam (SD, SMP, SMA, dan S1) |
| Jenis usaha | 23 sektor kuliner
2 sektor jasa |
| Lama usaha berjalan | 1 – 20 tahun |
| Bentuk usaha | 21 individu
3 kelompok 1 lainnya |
| Skala usaha (omzet/bulan) | 24 < 10 juta
1 > 250 juta |
Sumber : data diolah penulis
Berdasarkan Tabel 1, analisis terhadap karakteristik usaha menunjukkan bahwa 92% peserta pelatihan adalah perempuan dalam pengelolaan usaha mikro. Selain itu, usaha yang dijalankan didominasi oleh sektor kuliner dan sebagian besar sudah berjalan cukup lama, mulai dari 1 hingga 20 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa BUMDes Binangun Sendang Artha memiliki peranan penting dalam ekonomi perempuan di Kalurahan Sendangsari. Keragaman usia dan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa program ini berhasil menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Akan tetapi, data menunjukkan bahwa 96% omzet bulanan hanya mencapai kurang dari sepuluh juta, yang artinya sebagian besar usaha masih berada dalam usaha mikro.
Selain data demografi, kuesioner juga berhasil mengidentifikasi tantangan manajerial yang dihadapi oleh peserta dalam mengembangkan usaha, yaitu strategi pemasaran produk, kondisi pencatatan keuangan, dan kepemilikan rencana bisnis tertulis. Berikut visualisasi dari hasil yang ditemukan.
Sumber : data diolah penulis
Berdasarkan Gambar 1, grafik menunjukkan bahwa strategi pemasaran produk yang diterapkan oleh UMKM binaan BUMDes ini masih didominasi secara offline. Kondisi ini menegaskan pentingnya materi pemasaran digital dalam pelatihan yang diberikan dengan tujuan memperluas jangkauan pasar produk UMKM. Selanjutnya, Gambar 2 menunjukkan bahwa 48% peserta pelatihan belum memiliki sistem pencatatan keuangan yang terstruktur. Temuan ini memvalidasi pentingnya materi manajemen keuangan dalam pelatihan, karena pencatatan keuangan yang terstruktur dan rapi merupakan pondasi dalam mengelola dan mengembangkan usaha. Sementara itu, kepemilikan rencana bisnis yang tertuang pada Gambar 3 juga menjadi tantangan yang signifikan. Data menunjukkan bahwa 76% dari peserta belum memiliki rencana bisnis tertulis. Hal ini menekankan relevansi materi profiling bisnis sebagai panduan untuk menarik investasi dan kerjasama mitra di masa mendatang.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan di Balai Desa Kalurahan Sendangsari pada tanggal 30 Agustus 2025 ini difokuskan pada peningkatan kapasitas softskill dan profiling bisnis yang disampaikan oleh tim pengabdian DEB, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada. Materi ini sangat relevan dengan kebutuhan peserta, diantaranya terkait dengan komunikasi yang baik, kerjasama mitra, kepemimpinan, dan kedisiplinan dalam pengelolaan bisnis.

Setelah menyampaikan materi mengenai softskill yang harus dikuasai oleh pelaku usaha, dalam kegiatan pengabdian ini juga disampaikan materi mengenai profiling bisnis. Profiling bisnis merupakan proses dalam memetakan informasi mendetail mengenai UMKM yang bertujuan untuk mengetahui posisi bisnis pada saat ini serta menentukan arah pengembangan bisnis kedepannya. Profiling bisnis tidak hanya berfokus pada identitas bisnis, tetapi juga mencakup seluruh informasi bisnis seperti produk, pasar, kondisi keuangan, sumber daya manusia, hingga potensi pertumbuhan bisnis. Profiling bisnis dapat memberikan gambaran mengenai kekuatan dan kelemahan usaha serta peluang dan tantangan yang dihadapi, sehingga menjadi dasar dalam merumuskan strategi pengembangan jangka panjang.
Profiling bisnis UMKM mencakup aspek-aspek penting dalam memberikan gambaran kondisi UMKM, meliputi identitas bisnis, produk yang ditawarkan, pasar dan pemasaran, sumber daya yang dimiliki, kondisi keuangan dan modal, serta legalitas dan sertifikasi produk. Selain itu, softskill pelaku UMKM juga menjadi perhatian karena berpengaruh terhadap kreativitas, kemampuan manajerial, dan komunikasi dengan pelanggan atau mitra bisnis. Pemetaan tantangan dan inovasi juga diperlukan dalam profiling bisnis untuk mengidentifikasi hambatan sekaligus merumuskan strategi pengembangan yang adaptif.
Profiling UMKM membantu pelaku UMKM dalam mengidentifikasi potensi dan permasalahan internal, juga menjadi dasar dalam penyusunan strategi pemasaran, branding, digitalisasi, maupun inovasi produk. Selain itu, dengan adanya data profil usaha yang komprehensif, mempermudah akses terhadap dukungan permodalan, sertifikasi, program pemerintah, serta kolaborasi dengan pihak lain. Profiling juga memungkinkan terbentuknya database bisnis di tingkat desa maupun daerah untuk memperkuat promosi bersama dan memfasilitasi pengelompokan UMKM agar terkoordinasi dan berdaya saing. Dengan demikian, profiling bisnis tidak hanya sebagai gambaran kondisi UMKM, tetapi juga sebagai instrumen perencanaan untuk pertumbuhan bisnis ke arah yang berkelanjutan dan mampu bersaing di tengah dinamika pasar yang semakin kompetitif.
Kegiatan ini juga memiliki keterkaitan langsung dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Melalui pemberdayaan UMKM desa, program ini berkontribusi pada SDG 1 (No Poverty) dengan mengurangi kerentanan ekonomi rumah tangga melalui peningkatan kapasitas usaha mikro. Dominasi peserta perempuan sebesar 92% menunjukkan dukungan nyata terhadap SDG 5 (Gender Equality), yaitu memperkuat peran perempuan dalam aktivitas ekonomi desa. Pelatihan soft skill dan penyusunan profil usaha turut mendukung SDG 8 (Decent Work and Economic Growth) dengan mendorong peningkatan produktivitas dan daya saing UMKM lokal. Selain itu, penguatan BUMDes sebagai lembaga ekonomi desa mencerminkan komitmen terhadap SDG 11 (Sustainable Cities and Communities), yaitu membangun kemandirian dan ketahanan ekonomi berbasis potensi lokal. Dengan demikian, kegiatan ini tidak hanya berfokus pada hasil pelatihan, tetapi juga pada penciptaan dampak sosial-ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat desa.
Melalui kegiatan ini, diharapkan menghasilkan luaran berupa peningkatan kemampuan peserta dalam komunikasi efektif, kepemimpinan, manajemen waktu, dan negosiasi. Selain itu, luaran lainnya adalah dihasilkannya profil usaha yang terdokumentasi secara tertulis oleh minimal 80% peserta, serta tersusunnya rencana pengembangan usaha jangka pendek sebagai hasil dari sesi pendampingan. Seluruh proses dan hasil kegiatan ini juga akan didokumentasikan dalam sebuah laporan akhir yang dilengkapi dengan foto dan daftar hadir.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, B., et al. (2020). Village Fund, Village-Owned Enterprises, and Employment: Evidence from Indonesia. Journal of Rural Studies, 79, 382–394. https://doi.org/10.1016/j.jrurstud.2020.08.052
Pemerintah Kalurahan Sendangsari. (2024). Profil Kalurahan Sendangsari Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo. Diakses melalui https://sendangsari-kulonprogo.desa.id
Badan Pusat Statistik (BPS). (2024). Kulon Progo dalam Angka 2024. BPS Kabupaten Kulon Progo.
Kementerian PPN/Bappenas. (2021). Pedoman Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di Indonesia. Jakarta: Bappenas.
Kuncoro, M. (2021). Pemberdayaan Ekonomi Lokal Melalui BUMDes: Strategi dan Tantangan. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Daerah, 15(2), 101–112.

