• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • IT Center
  • Perpustakaan
  • Penelitian
  • Webmail
Universitas Gadjah Mada Departemen Ekonomika dan Bisnis
Sekolah Vokasi
Universitas Gadjah Mada
  • Profil
    • Sekilas tentang DEB SV
    • Sejarah
    • Visi, Misi dan Tujuan Departemen
    • Struktur Pengelola
    • Staff Pengajar
    • Staff Tendik
    • Alur Layanan
  • Akademik
    • Program Studi
      • Sarjana Terapan Akuntansi Sektor Publik
      • Sarjana Terapan Manajemen dan Penilaian Properti
      • Sarjana Terapan Pembangunan Ekonomi Kewilayahan
      • Sarjana Terapan Perbankan
    • Kalender Akademik
    • Jadwal Ujian Tengah Semester
    • Panduan Akademik DEB
    • SOP Layanan Akademik
    • Jadwal Kuliah 2023/2024 Semester I
    • Jadwal Ujian Tugas Akhir
    • Layanan Kontak Akademik
    • Ketentuan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
    • Informasi Akreditasi
    • Surat Keterangan Penyetaraan
  • Riset
    • Publikasi
    • Laboratorium DEB SV UGM
      • Profil Singkat Laboratorium DEB
      • Laboratorium Ekonomi
      • Lab. Akuntansi dan Pengembangan Bisnis
      • Kerjasama Institusi
    • Mitra Kerjasama
  • Kemahasiswaan
    • Etika dan Perilaku Mahasiswa DEB SV UGM
    • Komunitas Mahasiswa
    • Prestasi Mahasiswa
    • Informasi Beasiswa
    • Informasi Lowongan Magang
    • Informasi Lowongan Pekerjaan
    • Layanan Kemahasiswaan
  • LAYANAN
    • Agenda Departemen
    • Dashboard Jadwal Perkuliahan
    • Peminjaman Ruang
    • Bantuan Petugas Perkuliahan
    • Barang Temuan
    • Sistem Notifikasi WhatsApp
    • LAYANAN AKADEMIK
    • LAYANAN PERPUSTAKAAN
    • Kuesioner Layanan
  • Alumni
    • Tracer Study
    • Tracing Alumni
  • ADMISI
  • Beranda
  • Announcement
  • Generasi Milenial Hadapi Tantangan Kepemilikan Rumah di Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta

Generasi Milenial Hadapi Tantangan Kepemilikan Rumah di Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta

  • Announcement, Berita, Berita, News, SDG 10 Mengurangi Ketimpangan, SDG 9: Industri Inovasi dan Infrastruktur
  • 17 September 2024, 10.20
  • Oleh: Web Admin
  • 0

Yogyakarta, kota pelajar yang dikenal dengan suasana akademis dan budayanya, kini menghadapi tantangan besar dalam sektor perumahan, terutama bagi generasi milenial yang menjadi salah satu pendorong utama urbanisasi di kawasan ini. Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa generasi milenial di Yogyakarta sedang berjuang untuk mendapatkan rumah tapak di tengah lonjakan harga properti yang tajam.

Menurut riset yang dilakukan oleh Fatima Putri Prativi dan Nur Aini Yuniarti dari Sekolah Vokasi UGM, lebih dari 60% generasi milenial di Yogyakarta belum memiliki rumah sendiri. Studi ini melibatkan 125 responden yang terdiri dari pekerja berusia antara 27 hingga 41 tahun dan mengungkapkan berbagai faktor yang memengaruhi preferensi mereka terhadap kepemilikan rumah tapak di Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta.

Harga rumah di Perkotaan Yogyakarta telah meningkat secara drastis dalam 16 tahun terakhir, hingga mencapai 64,4%. Dalam konteks ini, pendapatan rata-rata pekerja milenial di Yogyakarta, yang hanya mencapai Rp 2.361.434 per bulan, tidak sebanding dengan kenaikan harga properti. Meskipun ada kenaikan upah tahunan sekitar 8,51%, angka ini jauh dari cukup untuk mengimbangi lonjakan harga properti yang saat ini berkisar antara Rp 350.000.000,- s/d Rp 500.000.000,- untuk rumah tapak tipe sederhana di pinggiran Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta.

 

 

Preferensi Milenial Terhadap Rumah Tapak

   Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi keputusan generasi milenial dalam membeli rumah tapak adalah biaya pembangunan rumah, kualitas material bangunan, dan nominal angsuran. Biaya pembangunan rumah dan kualitas material bangunan menjadi perhatian utama karena mereka berpengaruh langsung terhadap keputusan investasi dalam properti. Nominal angsuran rumah juga menjadi faktor penting, karena menentukan kemampuan mereka untuk membayar cicilan secara bulanan.

   Sementara itu, faktor-faktor seperti jarak rumah ke bandara, halte, atau stasiun terdekat dianggap tidak signifikan dalam keputusan pembelian. Hal ini menunjukkan bahwa aspek-aspek praktis dari transportasi publik mungkin tidak terlalu menjadi prioritas bagi mereka, kemungkinan karena keterbatasan transportasi publik yang ada di Yogyakarta.

 

 

Tantangan dan Harapan

 

Dalam wawancara, salah satu responden, Andi, seorang pekerja yang telah tinggal di Yogyakarta selama 8 tahun, mengungkapkan, “Dengan kenaikan harga yang begitu pesat, sulit untuk menabung untuk DP rumah. Gaji saya tidak naik secara proporsional dengan kenaikan harga rumah. Saya harus lebih pintar dalam merencanakan keuangan dan mungkin mencari opsi lain seperti rumah subsidi.”

Studi ini juga mencatat bahwa sekitar 47% responden mampu membayar biaya pembangunan rumah sekitar Rp 3 juta hingga Rp 4 juta per meter persegi. Sementara itu, 29% responden hanya mampu membayar di bawah Rp 3 juta per meter persegi, menunjukkan adanya variasi yang signifikan dalam kemampuan finansial mereka.

Solusi

Para peneliti menyarankan bahwa penting bagi pemerintah dan pengembang properti untuk mempertimbangkan kebutuhan spesifik generasi milenial. Ini termasuk menawarkan skema pembiayaan yang lebih terjangkau dan kualitas material bangunan yang lebih baik untuk menyesuaikan dengan anggaran mereka. Dengan adanya kebijakan dan program yang mendukung, diharapkan generasi milenial dapat lebih mudah mengakses kepemilikan rumah tapak di tengah tantangan harga yang terus meningkat.

“Upaya kolaboratif antara sektor publik dan swasta sangat diperlukan untuk menciptakan solusi yang dapat menjawab kebutuhan perumahan generasi milenial,” kata Fatima Putri Prativi. “Dengan pendekatan yang tepat, kita bisa membantu generasi ini mendapatkan rumah yang mereka impikan di Yogyakarta.”

Dengan perhatian dan tindakan yang tepat, diharapkan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta dapat tetap menjadi tempat tinggal yang menarik dan terjangkau bagi generasi milenial dengan fokus pengembangan pada kecamatan di kawasan aglomerasi seperti Kecamatan Ngemplak dan Kecamatan Banguntapan. Lokasi pembangunan yang tepat sasaran memberikan peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kota Yogyakarta. (Red. Fatima)

Tags: SDG 10: Berkurangnya Kesenjangan SDG 9: Industri Inovasi dan Infrastruktur

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Recent Post

  • Pendaftaran Blu Ambassador Vokasi UGM
  • Pendataan Akun Linkedin Mahasiswa SV UGM
  • Upgrade Profil, Unlock Karier: Workshop Pemanfaatan LinkedIn bagi Mahasiswa Guna Bangun Personal Branding
  • BPKH Mastering Class: Mendalami Konsep Transaksi Keuangan Islami Digelar di DEB SV UGM
  • SV UGM Career Days: “Langkah Awal Menuju Karir Gemilang”
Universitas Gadjah Mada

Departemen Ekonomika dan Bisnis

Sekolah Vokasi

Universitas Gadjah Mada

Gedung Suhardi Sigit, Jl. Prof. Dr. Mr. Drs. Notonegoro No.1 Bulaksumur, Yogyakarta 55281

+(62) 274 513367 | +(62) 274 549289

deb.sv@ugm.ac.id

 

Program Studi

Akuntansi Sektor Publik Manajemen dan Penilaian Properti Pembangunan Ekonomi Kewilayahan Perbankan

Tautan

Sekolah Vokasi UGM Simaster UGM eLOK UGM e-Lisa Simaster HRIS Tracer Study Career Center (VDC) Laboratorium DEB

Unduhan

Unduhan

Media Sosial

© Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY