Oleh: Fosa Sarassina
Dunia media sosial termasuk di dalamnya, para influencer, identik dengan kecantikan dan ketampanan, fashion yang stylish dan trendy, dan kemewahan. Sebegitu kuatnya pengaruh looks dan kekayaan, hingga bila anak muda, gen z terutama, ditanya siapa idolanya, jawbannya mereka rata-rata influencer kecantikan seperti Tasya Farasya dan Rachel Venya atau influencer dengan kekayaan luar biasa seperti Sisca Kohl dan Zhafira Aqyla. Trend ini sepertinya akan terus ada, tetapi sepertinya, selain kedua jenis karakteristik idola itu, akhir-akhir ini, muncul bentuk influencer baru, yang dibangun bukan dengan keglamoran atau kecantikan, ketampanan dan kemewahan, tapi dengan kepintaran. Trend baru ini muncul karena adanya inisiatif Ruang Guru yang mengadakan kompetisi Academic of champion (AOC) dan Clash of Champion (COC). Berkat adanya AOC dan COC, masyarakat Indonesia bisa menyaksikan munculnya generasi baru influencer “anak pintar” yang diidolakan bukan karena ketampanan atau kecantikan tetapi karena kecerdasan dan prestasi mereka yang luar biasa.
Para pelajar dan mahasiswa yang dijadikan role model oleh ini merupakan para pelajar dan mahasiswa yang telah berhasil meraih prestasi di kompetisi di bidang akademik baik local maupun internasional seperti Olimpiade sains nasional (OSN), International Mathematics Olympiad, International Olympiad in informatics (IOI). Nama-nama seperti Maxwell Salvador, Shakira, Xaviera dan Sandy (COC) dan Sheika, Matthew, Clarissa (AOC) berhasil mendapatkan puluhan ribu bahkan jutaan follower. Mereka mendapatkan begitu banyak follower bukan hanya karena kecerdasan mereka tetapi karena keunikan dan kemampuan mereka membuat follower merasakan kedekatan dengan mereka memalui konten-konten yang bersifat informatif dan menghibur. Melalui kemampuan special Ruang Guru dalam bercerita, para pelajar dan mahasiswa disajikan idola baru yang berkarakteristik: ambisius, cerdas, pandai berkomunikasi dan mengispirasi. RuangGuru berhasil mendefisikan ulang arti kata “keren” bagi para remaja di era digital.
Munculnya idola baru ini memunculkan banyak ide riset di benak peneliti, misalnya bagaimana pengaruh mereka terhadap niat beli konsumen pada produk yang mereka endorse, signifikan atau tidak dan atau konten seperti apa yang membuat followernya mau membeli, apakah yang bersifat educational atau menghibur? Kedua topik inilah yang dijadikan topik penelitian saya yang berjudul “konten seperti apakah yang membuat konsumen lebih berniat membeli?” memgingat karya ini masih dalam proses penulisan, mohon bersabar hingga artikel tersebut muncul di halaman Google scholar saya ya. [Red. Fosa]
