Oleh: Amesta Kartika Ramadhani, Ashtian Ultanti, Reinhard Jordan Sianipar, Ralditya Rifki Januar
Perubahan iklim yang semakin ekstrem mengganggu berbagai aspek kehidupan, termasuk kesehatan masyarakat. Kenaikan suhu tahunan, berkurangnya luas lahan hijau, dan pengelolaan anggaran yang kurang optimal untuk lingkungan menciptakan tekanan tambahan pada masyarakat, terutama mereka yang berada di daerah rawan perubahan iklim dan merupakan kelompok rentan, yakni anak-anak. Perubahann iklim dapat memengaruhi kondisi kesehatan anak melalui peningkatan prevalensi stunting dengan kondisi ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar seperti gizi, air bersih, dan lingkungan sehat.
Dampak perubahan iklim yang memperburuk risiko stunting erat kaitannya dengan beberapa tujuan dalam Sustainable Development Goals (SDGs). SDG 2, yaitu mengakhiri kelaparan, memastikan ketahanan pangan, dan meningkatkan nutrisi. Penurunan kualitas lingkungan dan akses terhadap kebutuhan dasar akibat perubahan iklim memperburuk ketahanan pangan, terutama di daerah rentan. Selain itu, SDG 3, yang bertujuan memastikan kehidupan sehat dan mendukung kesejahteraan, juga terancam akibat dampak kesehatan dari perubahan iklim, seperti peningkatan stunting.
Lebih jauh, SDG 13, yang menyerukan aksi cepat terhadap perubahan iklim, menjadi inti dari solusi untuk mengatasi tantangan ini. Mitigasi perubahan iklim melalui peningkatan kegiatan reboisasi dan pengelolaan anggaran untuk lingkungan hidup harus diintegrasikan dengan strategi adaptasi. Langkah-langkah ini juga mendukung pencapaian SDG 6 tentang air bersih dan sanitasi layak serta SDG 15 terkait pelestarian ekosistem daratan.
Untuk mengatasi dampak tersebut, integrasi strategi adaptasi dan mitigasi menjadi langkah yang tidak dapat diabaikan. Adaptasi berfokus pada peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui penyediaan fasilitas dasar, seperti rumah layak huni, akses sanitasi yang memadai, dan pendidikan literasi terkait perubahan iklim. Di sisi lain, mitigasi menekankan pengurangan dampak perubahan iklim melalui kegiatan reboisasi, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, serta alokasi anggaran yang memadai untuk program lingkungan hidup.
Penanganan perubahan iklim tidak hanya menjadi isu lingkungan, tetapi juga masalah kesehatan masyarakat. Pemerintah perlu memastikan bahwa strategi mitigasi dan adaptasi dimasukkan dalam setiap kebijakan pembangunan, terutama di sektor kesehatan. Pendekatan ini penting untuk melindungi kelompok rentan, terutama anak-anak, dari risiko stunting yang dapat berdampak pada kualitas hidup mereka di masa depan. Penelitian yang dilakukan oleh tim dari Prodi Pembangunan Ekonomi Kewilayahan menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dengan prevalensi stunting. Kenaikan kapasitas adaptasi sebesar satu satuan akan menurunkan prevalensi stunting sebesar 2.9%, sementara setiap peningkatan satu satuan indeks mitigasi satu satuan akan menurunkan stunting sebesar 1.4%. Hal ini menunjukkan perlunya kebijakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang berorientasi pada perlindungan kesehatan anak.
Dengan langkah kolaboratif yang melibatkan pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya, dampak perubahan iklim terhadap kesehatan masyarakat dapat diminimalkan. Integrasi adaptasi dan mitigasi bukan hanya solusi untuk menghadapi tantangan perubahan iklim, tetapi juga investasi penting untuk menciptakan generasi masa depan yang sehat dan tangguh. (Red. Amesta dkk.)