
Ketahanan pangan Indonesia menghadapi tantangan serius, salah satunya menurunnya minat generasi muda untuk menjadi petani. Data Kementerian Pertanian (2021) menunjukkan penurunan jumlah generasi muda di sektor pertanian dari 29,18 persen pada 2011 menjadi hanya 19,18 persen pada 2021. Kondisi ini diperparah dengan dominasi petani berusia lanjut dan persepsi anak muda yang menganggap profesi petani sebagai pekerjaan berat, kurang menjanjikan, dan minim dukungan sosial.
Menanggapi fenomena tersebut, Dra. Ike Yuli Andjani, M.Si melakukan penelitian mengenai dua faktor utama yang memengaruhi pemilihan karier mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, yaitu behavioral beliefs (keyakinan berperilaku) dan normative beliefs (keyakinan normatif). Hasil penelitian mengungkap bahwa kedua faktor tersebut berperan penting dalam membentuk minat mahasiswa untuk memilih profesi petani.
Penelitian ini juga memiliki relevansi dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang diusung PBB, yaitu SDG 2 (Tanpa Kelaparan) yang menekankan pentingnya regenerasi petani muda demi keberlanjutan sektor pertanian dan ketahanan pangan nasional serta SDG 4 (Pendidikan Berkualitas) menegaskan peran pendidikan tinggi dalam membentuk persepsi, sikap, dan orientasi karier mahasiswa.
Pengaruh Keyakinan Berperilaku dan Keyakinan Normatif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dimensi behavioral beliefs, faktor intrinsik berupa minat pribadi, persepsi terhadap daya tarik profesi petani, serta pandangan mengenai kepuasan dan tantangan yang ditawarkan, terbukti berpengaruh signifikan terhadap sikap mahasiswa. Sementara itu, faktor ekstrinsik seperti gaji dan peluang kerja tidak berpengaruh signifikan. Temuan ini sejalan dengan Theory of Reasoned Action yang menekankan bahwa sikap terhadap suatu perilaku dibentuk oleh evaluasi individu atas konsekuensi yang diharapkan.
Pada dimensi normative beliefs, norma subjektif mahasiswa dipengaruhi secara signifikan oleh teman sebaya, dosen, guru, serta kebijakan pemerintah, sedangkan pengaruh orang tua tidak terbukti signifikan. Hal ini mengindikasikan adanya pergeseran pola referensi sosial, di mana komunitas akademik dan sejawat lebih dominan dalam membentuk keputusan karier mahasiswa.
Penelitian ini menegaskan bahwa behavioral beliefs dan normative beliefs berperan penting dalam membentuk minat mahasiswa menjadi petani. Temuan menunjukkan tren positif meningkatnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian. Untuk menjaga keberlanjutan, perguruan tinggi perlu memperkuat pemahaman karier pertanian melalui kegiatan aplikatif, pemerintah mendorong dengan insentif dan akses teknologi modern, serta komunitas pemuda pertanian diperkuat sebagai wadah kolaborasi dan inovasi. [Red. Ike Yuli]