Pada tanggal 15-16 Juli 2024, dosen dan mahasiswa Prodi D-IV Pembangunan Ekonomi Kewilayahan (PEK) UGM mengikuti the 19th IRSA International Conference yang diselenggarakan di Swiss-Belhotel Ambon, Provinsi Maluku. Pada tahun ini, konferensi tersebut mengangkat tema “Gender Inequality and Climate Change Impacts in Archipelagic Regions.”
Organisasi akademis Indonesia, Indonesia Regional Science Association (IRSA), secara aktif mendukung kemajuan penelitian di seluruh negeri. Konferensi tahunan IRSA telah dihadiri oleh banyak akademisi dan pembuat kebijakan dari berbagai lembaga di Indonesia sejak didirikan pada tahun 1997, serta membentuk jaringan besar orang-orang yang memiliki ketertarikan pada isu ilmu kewilayahan.
IRSA 2024 terselenggara berkat kersajama IRSA dengan dengan Fakultas Pertanian (Faperta) dan Program Pascasarjana Magister Agribisnis, Universitas Pattimura. Kegiatan Konferensi Internasional IRSA ke-19 Tahun berlangsung selama 2 hari yaitu tanggal 15-16 Juli 2024. Kegiatan hari pertama, Senin (15/7) dialokasikan untuk kegiatan pembukaan dan sesi panel oleh Prof. Kathryn Robinson dari Australian National University (ANU) dan Dr. Diahhadi Setyonaluri dari Universitas Indonesia (UI). Kemudian pada hari ke-2, Selasa (16/7) yaitu masih dilanjutkan pelaksanaan sesi paralel presentasi hasil penelitian serta presentasi penelitian berbentuk poster di dalam beberapa ruangan yang telah disediakan oleh panitia dalam rangka pameran hasil penelitian yang telah dilakukan oleh partisipan.
Amesta Ramadhani, salah satu dosen Prodi D4 Pembangunan Ekonomi Kewilayahan berpartisipasi dalam sesi poster dengan judul “How Climate Change affect Child Health Inequity? Evidence from Spatial Analysis in Indonesia.” Studinya berfokus pada penemuan beberapa variabel determinan perubahan iklim terhadap kesehatan anak terutama kasus stunting yang masih marak terjadi dan telah menimpa jutaan anak-anak di Indonesia.
Selain dosen, mahasiswa Prodi D4 Pembangunan Ekonomi Kewilayahan, Ralditya Januar mempresentasikan hasil penelitiannya dengan judul Socio-Demographic’s Influence on the Number of Cases of Violence against Women and Children in North Sumatera dengan menggunakan analisis spasial. Ralditya menjelaskan bahwa penelitiannya menyoroti bagaimana faktor-faktor sosio-demografis seperti tingkat pendidikan dan pendapatan dapat memengaruhi tingkat kekerasan terhadap perempuan dan anak di Sumatera Utara.
Konferensi ini juga menjadi ajang diskusi dan pertukaran ide di antara para akademisi, peneliti, dan pembuat kebijakan terkait isu-isu kritis yang dihadapi Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan ketidaksetaraan gender dan dampak perubahan iklim. Para peserta berkesempatan untuk membangun jaringan dan kolaborasi baru yang diharapkan dapat memperkuat penelitian dan kebijakan di masa depan.
Pada sesi penutupan, panitia memberikan penghargaan kepada presentasi dan penelitian terbaik, serta mengumumkan lokasi penyelenggaraan konferensi IRSA berikutnya. Kegiatan ini ditutup dengan harapan bahwa hasil dari konferensi ini dapat memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan kebijakan yang lebih inklusif dan berkelanjutan di Indonesia, khususnya di wilayah kepulauan yang rentan terhadap perubahan iklim. (Red. Amest)