Ilustrasi AI : Gambaran Lanskap Perkotaan Migrasi dan Aglomerasi, Menggambarkan pertumbuhan kota yang dinamis dengan campuran elemen pedesaan dan perkotaan, konstruksi, dan pengaruh pariwisata
Migrasi dan aglomerasi perkotaan merupakan dua fenomena yang saling terkait erat dan berperan dalam membentuk lanskap perkotaan. Perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain, dari desa ke kota, dari daerah pinggir ke daerah pusat, telah membentuk lanskap urban yang dinamis. Fenomena perpindahan penduduk ini dilatar belakangi oleh berbagai faktor seperti lapangan pekerjaan, akes pendidikan, kesehatan dan lainnya. Fenomena ini pun mendorong terjadinya aglomerasi perkotaan yang mampu merubah wajah suatu wilayah.
Aglomerasi perkotaan seringkali dianggap sebagai mesin pertumbuhan ekonomi seperti yang terjadi di kota-kota besar di Indonesi misal seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung, tumbuh dan berkembang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Konsentrasi berbagai macam industri, bisnis, dan jasa di satu tempat menciptakan snowball effect yang mempercepat perkembangan ekonomi. Salah Satu contoh lain adalah aglomerasi perkotaan yang terjadi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dikenal dengan daerah Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY). Sebagai salah satu kota dengan tujuan wisata, dinamika dari perkembangan KPY menarik untuk disimak lebih lanjut.
Kota Yogyakarta sebagai pusat perkembangan dan aktivitas pariwisata, budaya dan pendidikan di Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Yogyakarta telah menarik minat migran menciptakan arus migrasi baik dari dalam maupun luar daerah. Pertumbuhan penduduk yang signifikan ini telah mendorong terjadinya aglomerasi perkotaan di KPY yang semakin intensif. Namun, pertumbuhan pesat KPY menimbulkan sejumlah tantangan berkaitan dengan sejumlah SDGs terutama no 11 mewujudkan kota dan permukiman yang berkelanjutan.
Sumber : http://sdgs.ugm.ac.id
Peneliti dari DEB menemukan bahwa rata-rata harga tanah di Yogyakarta baik itu wilayah perdesaan khususnya perkotaan meningkat secara signifikan. Namun meskipun harga tanah di kawasan KPY mengalami peningkatan namun pada tahun 2022-2023 ada faktor lain yang menyebabkan perpindahan penduduk diantara wilayah kabupaten/kota di Yogyakarta. Perkembangan kegiatan ekonomi Yogyakarta tidak lagi fokus ke arah utara namun mulai bergeser ke wilayah barat dan selatan. Hal ini terjadi diduga karena adanya kebijakan pembangunan nasional/daerah strategis yang mendukung pariwisata di wilayah barat dan selatan. Berdasarkan hasil NTL (Night-Time Light), daerah timurselatan Yogyakarta (Gunung Kidul) meskipun mengalami peningkatan ekonomi terutama karena meningkatnya aktivitas pariwisata di sepanjang pantai selatan Gunung Kidul namun diduga aktivitas ekonomi ini baru terbatas terjadi pada siang-sore hari, belum banyak aktivitas ekonomi pada malam hari. Ini perlu menjadi perhatian bagi perencana wilayah untuk strategi pengembangan ekonomi kawasan timur-selatan Yogyakarta agar pembangunan antar wilayah tersebut menjadi lebih konvergen dengan basis kegiatan ekonomi masyarakat. (Red. Anggi R.)