Gambar ilustrasi , sumber
Oleh : Anisa Nurpita1, Ike Yuli Andjani, Rosario Guntur Harimawan, Wieyza Ananda Luqman, Miftah Pandu Saputra, dan Shafi Fajari Saputra
Pembangunan Jalan Tol Yogyakarta-Solo merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang bertujuan meningkatkan konektivitas antar wilayah dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Meskipun memiliki manfaat signifikan, proyek ini juga memicu tantangan terutama terkait alih fungsi lahan pertanian produktif. Dampak alih fungsi lahan ini secara langsung mengancam ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Yogyakarta memiliki lahan pertanian yang subur, terutama di Kabupaten Sleman dan Bantul, yang selama ini menjadi sentra produksi padi dan hortikultura. Data dari Dinas Pertanian DIY (2023) mencatat bahwa pembangunan Jalan Tol Yogyakarta-Solo mengakibatkan alih fungsi lebih dari 700 hektare lahan produktif termasuk sawah irigasi. Berkurangnya luas lahan ini menyebabkan penurunan produksi pangan lokal yang pada akhirnya meningkatkan ketergantungan pada pasokan luar daerah. Selain itu, alih fungsi lahan juga berdampak pada hilangnya mata pencaharian petani sehingga menurunkan daya beli masyarakat terhadap pangan.
Secara ekologis, pembangunan tol ini turut mempengaruhi tata air dan kualitas tanah di wilayah terdampak. Hilangnya area resapan air dapat memicu banjir ataupun erosi yang menurunkan kesuburan lahan di sekitar area pembangunan. Hal ini berpotensi mengurangi produktivitas lahan pertanian yang tersisa.
Dampak alih fungsi lahan ini erat kaitannya dengan SDGs 2 – Mengakhiri Kemiskinan yang bertujuan untuk mengakhiri kelaparan dan memastikan ketahanan pangan. Penurunan produksi pangan lokal akibat pembangunan tol berpotensi menghambat pencapaian target ini. Selain itu, alih fungsi lahan juga berkaitan dengan SDGs 15 – Ekosistem Daratan dimana pembangunan infrastruktur tanpa mempertimbangkan keseimbangan ekologis juga dapat merusak biodiversitas dan menurunkan daya dukung lingkungan.
Untuk mengurangi dampak alih fungsi lahan terhadap ketahanan pangan, pemerintah perlu memastikan adanya kompensasi yang adil bagi petani terdampak, seperti penyediaan lahan pengganti yang setara produktivitasnya. Selain itu, penerapan teknologi pertanian modern dapat membantu meningkatkan hasil panen pada lahan yang tersisa. Diversifikasi pangan juga menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan terhadap satu jenis komoditas.
Perencanaan tata ruang yang berkelanjutan perlu menjadi prioritas agar pembangunan infrastruktur tidak mengorbankan kebutuhan dasar masyarakat, termasuk ketahanan pangan. Dengan mitigasi yang efektif, pembangunan Jalan Tol Yogyakarta-Solo dapat mendukung pertumbuhan ekonomi sekaligus menjaga ketahanan pangan dan kelestarian lingkungan. (Red. Anisa dkk)