Sebanyak lima mahasiswa Sekolah Vokasi Univesitas Gadjah Mada (UGM) berkesempatan menempuh studi selama satu semester di Coventry University Inggris melalui program Indonesian International Student Mobility Awards edisi Vokasi (IISMAVO) dengan skema Industrial Class-Based dan Industrial Experience.
Selain mengikuti kegiatan perkuliahan di perguruan tinggi tersebut, mereka juga mengikuti kegiatan pembelajaran di luar kelas, salah satunya di Stadion Etihad yang merupakan markas Manchester City Football Club pada 23 November lalu. Para mahasiswa belajar bagaimana klub sepak bola tersebut memanfaatkan segala peluang bisnis bukan saja untuk memajukan klub, namun juga perekonomian kota Manchester
“Industrial visit kali ini memberikan manfaat kepada kami, selain bisa mempelajari sejarah pembentukan klub, kami dapat melihat sisi keuletan mereka yang selalu berimprovisasi dalam memberikan hal yang terbaik kepada para pelanggan,” ungkap Raden Ayu Elita Putri, mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Bahasa Inggris dilansir dari laman UGM pada Jumat, 9 Desember 2022.
Ia menerangkan, dalam kunjungan tersebut para mahasiswa diajak berkeliling stadium untuk melihat fasilitas yang dapat menunjang performa tim sekaligus meningkatkan pemasukan untuk klub dan juga kota Manchester. “Mereka bersikap profesional dengan menyambut kami dengan baik, dan menjelaskan secara rinci dari sudut ke sudut bangunan,” katanya.
Selain Elita, mahasiswa UGM lainnya yang mengikuti kegiatan tersebut adalah Farhan Fadhlurrahman dari Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Rekayasa Mesin, Galih Puji Kurniawan dan Maryam Jundiah Rahmah dari Program Studi Sarjana Terapan Manajemen Penilaian Properti, serta Nadiva Rizkita Agustina dari Program Studi Sarjana Terapan Bahasa Inggris. Mereka dibimbing oleh Benny Tjahjono, dosan Sustainability and Supply Chain Management di Centre for Business in Society (CBiS), adalah salah satu pusat riset unggulan di Coventry University dengan jejaring industri yang luas.
Manchester City merupakan salah satu dari tujuh industri ternama di Inggris yang yang dikunjungi oleh mahasiswa UGM penerima beasiswa IISMAVO dalam rangkaian the Pride of Britain Tour. Selain klub tersebut, mereka juga berkesempatan untuk berkunjung dan belajar di Jaguar Land Rover, Bloomberg, Morgan Motor Company, Brompton, Mini Cooper, dan JCB.
Dari kunjungan industri tersebut, mereka dapat melihat dan merasakan secara langsung aktivitas yang dilakukan di dunia industri, termasuk gaya kepemimpinan dan mekanisme produksi yang diterapkan. Menariknya lagi, mereka juga memperoleh informasi terkait peluang magang ataupun bekerja di industri yang dikunjungi.
“Kunjungan industri sangat penting bagi mahasiswa vokasi karena pendidikan vokasi sangat erat berkaitan dengan dunia industri. Selain belajar banyak hal dari perusahaan yang dikunjungi, dari kegiatan ini saya sadar bahwa sikap, tingkah laku, dan disiplin yang tinggi wajib dimiliki oleh setiap mahasiswa agar mampu bersaing di dunia global,” terang Galih.
Mendapat Segudang Pengalaman
Selama mengikuti program IISMAVO di Coventry University, para mahasiswa UGM mendapatkan berbagai materi pembelajaran yang menarik, misalnya terkait prinsip keberlanjutan dalam mata kuliah Circular Economy. Mereka jugamendapatkan pengalaman yang sangat berharga dalam mendalami konsep yang mungkin belum banyak mendapat perhatian oleh generasi sekarang.
Dalam implementasi praktisnya, mereka menjalankan dua proyek yakni SIMBIO dan Electric Vehicle (EV). Dalam proyek SIMBIO, mereka menerapkan konsep circular bioeconomy dalam prototype dan mencari solusi untuk bioplastic supply chain, sedangkan EV project merupakan tugas akhir yang bertujuan untuk mengidentifikasi potensi penerapan EV di Indonesia.
Sebagai mahasiswa Indonesia yang mengikuti kegiatan mobilitas di luar negeri, Nadiva mengatakan bahwa banyak pengalaman berharga yang juga didapatkan dari berbagai kegiatan non-akademik. “Ada banyak komunitas yang bisa kami ikuti, dan di situ kami bertemu dengan banyak mahasiswa lain yang berasal dari berbagai negara untuk saling mengenal bahasa serta budaya satu sama lain,” imbuh Rahmah.